Hiduplah dengan Penuh Arti |
Bismillaahirrahmaanirrahiim, dengan kalimat inilah semua kehidupan berawal. Tanpa kalimat ini, semua menjadi tidak bermakna. Apalagi arti kehidupan ini jika tidak dipersembahkan bagi Dia yang Maha Mencipta. kepada-Nya kita berlabuh dan menuju.
Kehidupan ini adalah karunia-Nya. Dia Maha menginspriasi manusia untuk berkarya dan memiliki produktivitas tinggi. Bagi-Nya, kehidupan ini tidak berakhir pada kematian seorang manusia, tetapi dari generasi ke generasi, kehidupan ini terus berjalan hingga pada detik terakhir di mana kehidupan ini berakhir.
Akan tetapi, sebelum semua itu berakhir, Allah telah mengajarkan kepada kita agar meninggalkan hal positif dari kehidupan ini, sebagaimana pepatah, "Harimau mati meninggalkan kulit, gajah mati meninggalkan gading, dan manusia mati meninggalkan nama". Tidak lebih dan tidak kurang.
Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaa mereka mengabdi kepada-ku (QS adz-dzaariyaat [51]:56)
Menurut soerang pakar tafsir, Imam Thabathaba ayat ini berusaha menjelaskan bahwa tidak ada tujuan lain dari penciptaan manusia kecuali beribadah kepada Allah. Tapi, bukan berarti bahwa Allah butuh dengan pengabdian manusia. Ia bebas dari segala ketergantungan terhadap apa pun. Ia Maha Agung dengan diri-Nya sendirii,tidak karena hal lain.
Keshalihan kita tidak menambah keagungan-Nya. Begitu juga sebaliknya, pembangkangan kita terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya sama sekali tidak mampu mengurangi, apalagi menghilangkan kemuliaan-Nya.
Allah membuktikan kebebasan-Nya dari ketergantungan pengabdian semua makhluk dengan menyatakan :
Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah dialah Yang Maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji." (QS. Faathir [35]:15)..
Allah sama sekali tidak butuh dengan manusia. Justru, kitalah yang sangat berharap kepada-Nya. berharap kesehatan, umur panjang yang berakah, rezeki yang luas, keluarga yang bahagia, dan lain sebagainnya.
Sebaliknya, jika kita tidak mau taat, Allah tidak akan pusing-pusing memikirkan kita. Ia tetap Maha Kuasa atas segala hal.
Sesungguhnya, orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekali=kali mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah seedikitpun; dan bagi mereka azab yang pedih." (QS. Ali Imran [3}:177)
Lalu, untuk siapa pengabdian-pangabdian itu jika bukan untuk Allah? untuk manusia. Semua pengabdian itu memilki nilai positif pada diri manusia sendiiri bagi kita yang melakukan pengabdian, maka feedbanya kembali kepada kita sendiri.
Saat kita berbicara sopan kepada orang lain, maka sebagi feedback, orang lainpun akan sopan terhadap kita. Saat kita memberi sedekah kepada fikir-miskin, maka sedekah teresebut bisa melunakan hati kita agar berempati pada kesulitan yang mereka alami.
Hemat kata semua kebaikan dan keburukan yang kia lakukan, hasilnya akan kembali pada diri kita, bukan pada orang lain, apalagi Tuhan.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(Mereka berdua),"Ya Tuhan kami, jangalah engkau hukum kami jika kami lupa atau bersalah. Ya Tuhan kami janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Tuhan kami, janganlah engkau pikulkan kepada kmi apa yang tak sanggup kami memikulnya.
Beri maaflah kami; ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir "
(QS. al-Baqarah [2]: 286)
Dalam rangka pengabdian inilah, Allah menjadikan manusia sebagai khalifatullah fil ardh. Tidak ada yang lebih baik dari iitu, semuanya kita lakukan atas dasar pengabdian kepada Yang Maha Agung, Allah Swt. Kita bekerja dengan niat pengabdian.
Kita belajar, karena kita perlu tahu bagaimana cara mengabdi yang benar kepada Allah. Kita mencintai, karena memang pengabdian meniscayakan cinta itu hadir di dalamnya agar semuanya menjadi indah.
Sesuai dengan yang di titahkan Allah Swt. kita hadir ke dunia dengan membawa misi hidup yang universal. Misi itu adalah menjadi wakil Tuhan di atas muka bumi.
Setiap anak manusia yang lahir sudah diberi fitrah (potensi) yang sama dalam misi tersebut. Dengan kata lain, kita adalah perpanjangan tangan Tuhan yang ada di bumi.
Kita dibeeri kepercayaan oleh Allah dengan diberi tantangan yangluar biasa, yang Allah yakin kita pasti mampu meraihnya. Sebagai khalifah, kita semua adalah wakil Allah di muka bumi, tapi bukan berarti kita adalah Tuhan.
Bagaimanapun, kita tetaplah manusia. Akan tetapi, kita dianugerahi tanggung jawab untuk mengelola kehidupan ini secara baik.
Kita harus mengisinya dengan hal-hal yang positif, hasil-hasil yang mengagumkan, dan karya-karya besar sepanjang masa.
Karena kita hidup hanya sekali, kita harus mengkaryakan kehidupan ini. Dan, ini bukan hanya sekedar kesadaran berkreasi, tetapi memang harus kita lakukan,
Tentunya, kita tidak mau mempermalukan diri di depan Allah, sementara Allah telah memberikan kepercayaan-Nya pada kita, Bukan ?
Kita semua adalah khilafah Allah. Makhluk kepercayaan Allah. Ini sungguh merupakan kemurahan-Nya. Ketika Allah hendak menjadikan manusia para malaikat pernah mempertanyakan apa maksud di balik penciptaan-Nya tersebut.
Bahkan, para malaikat sempat menyangsikan, apakah makhluk yang bernama manusia ini akan membawa kemaslahatan bagi manusia dan alam, atau justru akan membawa kekacauan.
Allah yang Maha Arif dan Bijaksana, menjawab :
"Sesungguhnya, Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahi (QS. al-Baqarah [2]:20)
Dengan kata lain, Allah hendak mengatakan, "Meski Aku beri tahu maksud di balik penciptaan ini, kalian tidak akan pernah tahu apa hikmah di balik penciptaan ini. Kalian (para malaikat) tidak perlu protes, karena Aku Maha Mengetahui apa yang tidak kalian ketahui."
Dala jawaban tersebut, Allah telah menunjukan bahwa manusia yang akan diciptakan memiliki tempat yang spesial di sisi Allah. khalifah yang akan memakmurkan bumi dan tidak menghancurkannya.
Ia yang akan membawa keceriaan bagi orang lain. Ia yang akan membantu saudaranya. Ia yang akan mencintai kehidupannya..
Menjadi Khalifah Allah di bumi merupakan pengadilan tertinggi bagi manusia, karea kita memang di utus untuk menjadi wakil-Nya di bumi ini.
Menjadi Khalifah menunjukan pengertian bahwa Allah telah memberikan kita wewenang untuk mengolah bumi-Nya ini.. Allah tentu tidak akan memberikan tanggung jawab ini jika Allah melihat manusia tidak pantas dan layak untuk menerimannya.
Saya percaya, jika ini merupakan rencana-Nya, tentu menjadi khilafah adalah anugerah-Nya luar biasa. Sebab, sebaik-baiknya rencana adalah rencana Allah Swt.